Abu Bakar Ash-Shiddiq

Jumat, 15 April 2011
Nama dan Nasib Beliau Radhiallahu ‘Anhu
 
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq yang sesungguhnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah – Usman – bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah.
Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq dijuluki Atiq, karena wajahnya yang cakep dan gagah (sebagaimana hal itu dikatakan oleh Ibnu Ma’in, al-Laits bin Sa’ad dan juga oleh putrinya Aisyah radhiallahu ‘anhum). Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
Mus’ab bin az-Zubair berkata, ‘Segenap ummah telah ijma’ tentang gelar yang diberikan kepada beliau radhiallahu ‘anhu dengan ‘Ash-Shiddiq’ adalah karena beliau selalu membenarkan apa yang diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’.
Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau
Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tumbuh di kota Makkah, dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy, dan ahlu syura diantara mereka pada zaman jahiliyah.
Dan beliau juga terkenal sebagai orang yang meninggalkan khomr pada masa jahiliyah, ketika beliau ditanya :’Apaka engkau pernah meminum khomr dimasa jahiliyah ? beliau menjawab : A’udzubillah (aku berlindung kepada Allah), kemudian beliau ditanya lagi, ‘Kenapa?’ , beliau menjawab : aku menjaga dan memelihara muru’ahku (kehormatanku), apabila aku minum khomr maka hal itu akan menghilangkan kehormatan dan muru’ahku.

Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam warna matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan innai maupun katam.”
Begitulah karakteristik fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga allah meridhainya. Akan diterangkan setelah ini hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingakn dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhum.
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu anhu. Beliau selalu mengiringi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Abu Bakar pernah menikahi bernama Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum setelah wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Beberapa Keutamaan Beliau
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun disini akan dinukilkan sebagian apa yang telah di ringkas oleh Doktor Muhammad as-Sayyid al-Wakil dalam kitabnya “Jaulah Tarikhiyah fi ‘asri al-khulafa’ ar-Rasyidin”, dan beberapa kitab lainnya, diantaranya adalah :
*Para Ulama Ahlus Sunnah telah ijma’ bahwa manusia termulia setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khaththab, kemudian utsman bin Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian sepuluh orang sahabat yang di khabarkan masuk surga, kemudian seluruh sahabat yang mengikuti perang Badar (ahlu badar), kemudian para sahabat yang mengikuti perang Uhud, kemudian para sahabat yang mengikuti Ba’iat Ridwan (ahlu bai’at), kemudian sahabat-sahabat lainnya yang tidak termasuk sebelumnya.
* Imam al-Bukhari meriwayatka dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, ‘Kami memilih orang-orang di masa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman’. Dan Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
* Dan Abu Ya’la menluarkan dari ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Jibril baru saja datang kepadaku, maka aku berkata : wahai Jibril khabarkan kepada saya tentang keutamaan Umar bin Khaththab, ia (Jibril) menjawab, ‘kalaulah aku berbicara tentang keutamaan Umar selama – lamanya Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya – niscaya aku belum selesai dari membicarakan keutamaan Umar, dan sesungguhnya keutamaan-keutamaan yang dimiliki Umar hanyalah satu hasanah (kebaikan) dari kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar”.
* Beliau Adalah Sahabat Yang Menemani Rasulullahu ‘alaihi wa sallam di Gua ketika Hijrah. Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 yang artinya, “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua , diwaktu dia berkata kepada temannya, janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.”(at-Taubah: 40). ‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan , “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
* Diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mangantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan perjalananmu bersama Rosulullah ketka keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
* Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu dhuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam, kemudian aku katakan kepadanya,”Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang mengiring kambingnya kebawah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, ”Siapa tuanmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si Fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab , “Ya” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar radhiyallahu anhu beliau berkata, “Kukatakan kepada nabi shalallahu ‘alihi wa sallam ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang musyrikin) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’ Rasul menjawab, “Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu` anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Sumber :
Lihat : Tarikh al-Khulafa’, Jaulah Tarikhiyah fi ‘Asri al-Khulafa’ ar-Rasyidin karya DR. Muhammad as-Sayyid al-Wakil, Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir. – Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Dan lainnya
READ MORE - Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sumber Ketenteraman Suami-Istri

Senin, 04 April 2011

Sumber Ketenteraman Suami-Istri
Allah swt. berfirman:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu”. (QS. Al-Baqoroh [2]:187)
Ayat tersebut di atas adalah ayat populer yang sering dibaca, dikutip dan dikaji ketika akan datang dan selama bulan Ramadhan. Ayat tersebut menerangkan tentang beberapa aturan ketika berada di bulan Ramadhan. Salah satu aturan tersebut adalah dihalalkannya seorang suami melakukan hubungan badan dengan istrinya kapanpun di sepanjang malam hingga terbit fajar. Sebelum ayat ini turun, batas akhir boleh menggauli istri adalah masuk waktu Isya’ atau saat tidur sebelum masuk waktu Isya’. Tentu ini sangat berat bagi para sahabat Rasulullah, dan tentu juga bagi siapa saja. Oleh karena itu Allah swt. menurunkan ayat tersebut.
Yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah kata “Libas” yang tersebut dalam ayat tersebut. Dalam ayat tersebut Allah swt. menyebut bahwa suami adalah Libas bagi istrinya dan istri juga adalah Libas bagi suaminya. Kata “Libas” mempunyai arti penutup tubuh (pakaian), pergaulan, ketenangan, ketentraman, kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan.
Penutup Aib dan Perhiasan
Fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat tubuh (lihat QS.7:26). Suami istri adalah pakaian bagi pasangannya. Dengan demikian, suami istri adalah penutup “aurat” (baca: aib) bagi pasangannya. Fungsi pakaian juga sebagai perhiasan (lihat QS.7:26). Perhiasan adalah sesuatu yang indah dan berharga. Dengan memiliki dan atau memandang perhiasan mendatangkan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan. Suami adalah perhiasan bagi istrinya dan istri adalah perhiasan bagi suami. Suami indah dilihat istri dan juga sebaliknya. Suami merasa berharga bagi istrinya, dan pada saat yang sama suami menghargai istrinya. Demikian pula sebaliknya.
Allah berfirman yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]:14)
Sumber Ketrentraman dan Kesenangan
Suami adalah sumber ketentraman bagi istrinya. Istri juga adalah sumber ketentraman bagi suaminya. Masing-masing merasa tentram dengan adanya pasangan dan dari pasangannya. Serta masing-masing berusaha membuat tentram pasangannya.
Allah berfirman yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.Ar-Ruum [30]:21)
Suami adalah sumber kesenangan bagi istri. Begitu juga istri adalah sumber kesenangan bagi suami.
Allah berfirman yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,Klik lebih lebih lengkap dan Dawunlod
READ MORE - Sumber Ketenteraman Suami-Istri

F I Q I H

Jumat, 01 April 2011

Fiqh

Fiqh adalah kata yang cukup akrab bagi tiap Muslim. Tapi apakah sebenarnya fiqh itu? Samakah ia dengan syariat? Kalau tidak apa perbedaan keduanya? Fiqh menurut bahasa berarti faham. Sedang dalam terminologi Islam fiqh adalah hukum-hukum Islam tentang perilaku dan perbuatan manusia. Sedangkan syari’at adalah keseluruhan hukum yang diperuntukan oleh Allah SWT bagi manusia guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi cakupan kata syari’at lbh luas daripada fiqh. Fiqh hanya membahas tentang perilaku sedangkan syariat selain membahas perilaku dan perbuatan juga mengulas masalah-masalah aqidah keimanan dan keyakinan. Hukum mempelajari fiqh Mempelajari fiqh mempunyai dua hukum. Fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ‘ain mempelajari hal-hal yang dibebankan kepada tiap Muslim.
Seperti mempelajari tata cara bersuci shalat puasa dan lain-lain. Sedangkan mempelajari selain itu hukumnya adalah fardhu kifayah seperti mempelajari tata cara pengurusan jenazah fiqh politik dan lain-lain. Sumber-sumber hukum fiqh Fiqh adalah produk ijtihad para ulama. Mereka menyarikan hukum-hukum fiqh tersebut dari sumber-sumbernya yaitu Al-Qur’an. Hadits yaitu ucapan perilaku ketetapan dan sifat-sifat yang dinisbatkan kepada nabi Muhamad SAW. Namun tidak semua hadits dapat dijadikan dalil atau sumber pengambilan hukum. Sebab hanya hadits-hadits yang diyakini berasal dari Rasulullah SAW. atau mempunyai indikasi kuat berasal darinyalah yang dapat dijadikan pedoman. Ijma’ yaitu kesepakatan seluruh ulama-ulama mujtahid pada suatu masa tentang sebuah hukum. Qiyas yaitu menyamakan hukum sesuatu yang tidak ada di dalam Al-Qur’an dan hadits dengan hukum sesuatu yang di atur dalam Al-Qur’an dan hadits karena adanya persamaan kedua hal tersebut. Contoh Al-Qur’an menyebutkan bahwa minuman keras adalah haram.
Ekstasi adalah barang baru yang tidak disebut dalam Al-Qur’an maupun hadits. Karena ekstasi bisa menimbulkan efek yang sama dengan minuman keras maka hukumnya disamakan dengannya yaitu haram. Setiap hukum harus mempunyai landasan dari sumber-sumber hukum tersebut. Jika tidak maka itu tidak boleh diamalkan. Contohnya adalah hukum yang memperbolehkan seorang wanita menjadi imam solat bagi makmum laki-laki. Alasannya adalah bahwa laki-laki itu setara dengan wanita. Kalau laki-laki boleh mengimami wanita maka wanitapun juga boleh menjadi imam bagi laki-laki. Karena hukum ini tidak berdasar pada sumber-sumber hukum di atas dan hanya merupakan pertimbangan akal maka tidak bisa dibenarkan dan karenanya tidak boleh diamalkan. Ruang lingkup bahasan fiqh Sesuai dengan definisi fiqh diatas maka seluruh perbuatan dan perilaku manusia merupakan medan bahasan ilmu fiqh. Ruang lingkup yang demikian luas ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok yaitu
  Thaharah yaitu hal ihwal bersuci baik dari najis maupun dari hadats.
Ibadah yang berisi tentang tata cara beribadah seperti sholat puasa zakat dan haji.Klik lebih lengkap dan Dauwnloud.
READ MORE - F I Q I H

CERAMAH

Hakikat dakwah Islam pada dasarnya adalah menyerukan apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhkan semua yang dilarang-Nya. Masalah langkah teknis dan strategi dakwah itu sendiri sepenuhnya diserahkan bagi para da’i untuk ‘berijtihad’ dengan mempertimbangkan aspek-aspek kontemporer yang dihadapi oleh dakwah Islam itu sendiri. Secara sederhana, posisi peran da’i adalah berkontestasi dalam berbagai ranah yang ada untuk memenangkan dakwah Islam ini.
Hasan al-Banna dalam Risalah Pergerakan menulis bahwa hakikat dakwah karakter dakwah Islam adalah Rabbaniyah ‘Alamiyah. Dikatakan rabbaniyah karena hakikat dakwah Islam ini adalah memperkenalkan manusia kepada Rabbnya. Dimensi materi bukan menjadi orientasi utama dari dakwah Islam ini, melainkan sebuah ketunduk-patuhan kepada Allah SWT sebagai Rabb semesta alam. Namun, bukan berarti dakwah Islam menegasikan eksistensi materi. keberadaan materi hanyalah orientasi pengantara yang ditujukan sebagai sarana dalam membangun hubungan transendental yang mengikat manusia sebagai hamba kepada Allah tabaraka wa ta’ala.
Sementara itu, dikatakan ‘alamiyah karena dakwah Islam ditujukan bagi manusia secara keseluruhan. Dakwah Islam yang diwariskan oleh Nabi saw memiliki orientasi pada pembinaan manusia, tanpa memandang perbedaan-perbedaan fisik dan regional. Dakwah Islam tidak hanya dikhususkan bagi masyarakat lokal Arab di jazirah timur tengah. Namun, jauh dari batasan sempit tersebut. Dakwah Islam dikhususkan bagi seluruh masyarakat dunia, yang meliputi berbagai ras dan etnik, di berbagai penjuru dunia. Dengan pandangan ini, tidak ada alasan, terlebih tuduhan, bahwa dakwah Islam merupakan agenda rasial yang hanya ditujukan pada golongan tertentu dari umat manusia ini.
Karena ditujukan kepada manusia, maka dakwah Islam ini bukan ajaran normatif yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan manusia. Konsep dakwah Islam bukanlah nilai ideal yang abstrak yang jauh dari realitas kemanusiaan. Dakwah Islam merupakan seruan yang realistis dan acheivable bagi manusia. Hal tersebut tampak telah dibuktikan di masa Nabi saw, yang mampu mengimplementasikan secara sempurna ajaran-ajaran rabbaniyah Islam dengan kapasitasnya sebagai manusia biasa. Di sini, dakwah Islam memiliki tujuan untuk membina manusia dengan karakter kemanusiaannya dalam panduan nilai-nilai ilahiyah. Konsep Rabbaniyah ‘Alamiyah inilah yang seharusnya menjadi basis gerakan dari dakwah Islam dalam menghadapi setiap tantangan di setiap masanya. Klik Untuk lebih Lengkap dan Dauwnlaud.
READ MORE - CERAMAH

DZIKIR DAN SYUKUR

. DZIKIR DAN SYUKUR
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),”Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah [2] : 152).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata :
Allah ta’ala memerintahkan untuk berdzikir kepada-Nya, dan menjanjikan balasan yang terbesar karenanya. Balasan itu ialah Allah akan mengingat orang yang mengingat-Nya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya melalui lisan Rasul-Nya, ”Barang siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya sendiri, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingat-Nya di perkumpulan yang lebih baik dari mereka”.
Dzikir kepada Allah ta’ala yang paling utama adalah dengan menyesuaikan isi hati dengan dzikir yang diucapkan oleh lisan. Itulah dzikir yang dapat membuahkan pengenalan kepada Allah, rasa cinta kepada-Nya, dan pahala yang melimpah dari-Nya. Dzikir adalah bagian terpenting dari syukur. Oleh sebab itu Allah memerintahkannya secara khusus, kemudian sesudahnya Allah memerintahkan untuk bersyukur secara umum. Allah berfirman (yang artinya), ”Maka bersyukurlah kepada-Ku”. Yaitu bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat ini yang telah Aku karuniakan kepada kalian dan atas berbagai macam bencana/musibah yang telah Aku singkirkan sehingga tidak menimpa kalian.
Syukur direalisasikan dalam bentuk pengakuan di dalam hati atas segala macam nikmat yang diberikan. Sedangkan dengan lisan dalam bentuk dzikir dan pujian. Dan diwujudkan oleh anggota badan dalam bentuk amal ketaatan kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya, serta dengan menjauhi larangan-Nya. Dengan syukur, nikmat yang sudah ada akan tetap terpelihara, dan nikmat yang luput akan kembali bertambah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Sungguh, jika kalian bersyukur (kepada-Ku), Aku pasti akan menambahkan nikmat kepada kalian”.
Disebutkannya perintah untuk bersyukur setelah penyebutan berbagai macam nikmat diniyah yang berupa ilmu, penyucian akhlaq, dan taufik untuk beramal, maka itu menjelaskan bahwa sesungguhnya nikmat diniyah adalah nikmat yang paling agung. Bahkan, itulah nikmat yang sesungguhnya. Apabila nikmat yang lain lenyap, nikmat tersebut masih tetap ada. Sudah selayaknya setiap orang yang telah mendapatkan taufik (dari Allah) untuk berilmu atau beramal untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat itu. Hal itu supaya Allah menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Dan juga, supaya lenyap perasaan ujub (kagum diri) dari diri mereka. Dengan demikian, mereka akan terus disibukkan dengan bersyukur.
Karena lawan dari syukur adalah ingkar/kufur, maka Allah pun melarang melakukannya. Allah berfirman (yang artinya), ”Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata kufur di sini adalah yang menjadi lawan dari kata syukur. Maka dari itu, berarti kufur di sini bermakna tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya; tidak menggunakannya dengan baik. Dan bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, kemudian diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka ragam jenisnya dari yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di bawah-bawahnya.
(Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 74).Klik Untuk lebih lengkap dan Dawunlod
READ MORE - DZIKIR DAN SYUKUR

MENJAGA LISAN

MENJAGA LISAN
Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Allah Swt telah memerintahkan kita semua untuk berkata yang benar, seperti tertulis dalam firmanNya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari No. 6091 dan Muslim No. 6988 dari Abu Hurairah )
Rasulullah bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)

Berikut ini beberapa manfaat menjaga lisan kita menurut hadits shahih :
1.   Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)
2.   Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab: “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
3.   Mendapat jaminan dari Rasulullah Saw untuk masuk ke surga. Rasulullah Saw bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d: “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
4.  Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”
5.   Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya. Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
6.   Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda. “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” (HR. Muslim hadits no. 1715.)
7.   Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”
Karena itu, marilah kita berpikir terlebih dahulu, atas segala sesuatu yang mau kita katakan. Jika sekiranya apa yang akan kita katakan tidak akan membawa mudharat, maka silahkan kita berbicara. Akan tetapi, jika kita perkirakan perkataan kita itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka sebaiknya kita tidak usah berbicara.
Setelah kita mengetahui keutamaan menjaga lisan dan bahayanya jika kita tidak bisa menjaganya, mari mulai sekarang kita jaga lisan kita dengan sebaik-baiknya, karrena segala esuatu yangkita ucapkan, kelak akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah Swt.


2. MALU BAGIAN DARI IMAN
Kalau kita jalan-jalan ke mall atau pusat pertokoan, maka kita akan melihat suatu pemandangan yang sudah tidak asing lagi dimata kita, dimana, sebagian wanita, baik itu dari kalangan remaja, dewasa dan bahkan ada dari golongan karyawati kantor, yang berpakaian ketat membentuk tubuh atau mengenakan pakaian yang tipis dan mini.  Padahal Rasulullah SAW telah bersabda : Dua golongan termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihat mereka; satu kaum (penguasa) yang membawa cambuk (besar) seperti ekor sapi, dengannya mereka memukuli manusia (maksudnya, penguasa yang zolim), dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan menyimpang, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya bisa didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).
Padahal Allah SWT berfirman: ”….Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
Para wanita pengumbar aurat ibarat orang yang tidak punya malu. Perempuan seperti itu, ada kita temui dari kalangan artis, walau tidak semua artis seperti itu. Ada beberapa artis yang tidak malu memamerkan keelokan tubuhnya. Contohnya, ada penyanyi dangdut berpakaian sangat ketat yang beraksi di panggung dengan menggoyang-goyangkan seluruh tubuhnya, terutama bagian yang sangat sensistif.  Ketika ada reaksi kritikan dari Ulama dan ummat Islam, aksi maksiat menggoncang syahwat itu justru lebih digencarkan lagi oleh orang-orang yang menjadikan maksiat sebagai alat melawan Islam. Inikah orang-orang yang disebut oleh Nabi SAW, sebagai orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr (minuman keras), dan musik-musik?  Rasulullah SAW, telah menyatakan: Pasti akan ada di antara ummatku kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan musik-musik”. (HR. Bukhari).
Nabi SAW, telah mengingatkan secara tegas, hadist yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid ra: Rasulullah SAW, bersabda, maksud Hadist: “Tidak ada fitnah yang paling membahayakan kaum lelaki setelah sepeninggalku kecuali fitnah dari kaum wanita” . (HR. Bukhari dan Muslim).
Perhatikan hadits Rasulullah SAW berikut ini:: “Akan ada di akhir ummatku orang-orang yang naik di atas pelana seperti layaknya orang-orang besar, mereka singgah di depan pintu-pintu masjid, WANITA-WANITA MEREKA BERPAKAIAN NAMUN TELANJANG, di atas kepala mereka ada semacam punuk unta, LAKNATLAH MEREKA KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA ITU TERLAKNAT” (HR. Ahmad).
Berikut beberapa hadits tentang malu :
  1. Rasulullah SAW. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)
  2. Rasa malu adalah cabang dari iman. Sebagaimana Rasulullah SAW menyatakan: “Iman terdiri dari enam puluh cabang lebih dan rasa malu sebagian cabang dari iman (HR. Bukhori)
  3. Rasa malu sebagai hiasan semua perbuatan. Dalam hadits yang diriwayatkan Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Tidaklah ada suatu kekejian pada sesuatu perbuatan kecuali akan menjadikannya tercela dan tidaklah ada suatu rasa malu pada sesuatu perbuatan kecuali akan menghiasinya. (Musnad Ahmad)
  4. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda pada Al Asyaj al ‘Asry ; “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah yaitu kesabaran dan rasa malu. (Musnad ahmad)
  5. Diriwayatkan dari abdillah Ibni Mas’ud r.a. ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda pada suatu hari : “Milikilah rasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya.! Kami (para sahabat) berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya kami alhamdulillah telah memiliki rasa malu. Rasulullah  SAW bersabda: ”Bukan sekedar itu akan tetapi barangsiapa yang malu dari Allah dengan sesungguhnya, hendaknya menjaga kepalanya dan apa yang ada di dalamnya, hendaknya ia menjaga perutnya dan apa yang didalamnya, hendaknya ia mengingat mati dan hari kehancuran. Dan barangsiapa menginginkan akhirat ia akan meninggalkan hiasan dunia. Barangisapa yang mengerjakan itu semua berarti ia telah merasa malu kepada allah dengan sesungguhnya.(Musnad Ahmad).
  6. Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah SAW “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim.)
  7. Karena itu, sifat malu membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah SAW. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)
  8. Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)
Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”
Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah SWT. memerintahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur [24] : 31)
Karena itu bagi para wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian secara berlebihan, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dalam beraktivitas. Ingatlah, tiada yang dapat meninggikan harga wanita melebihi sikap Iffah (menjaga kehormatan diri).
Islam tidak mengekang wanita. Seorang wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah SWT mengetahui pikiran isi hati yang tersimpan dalam dadanya.
Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita benar-benar menyadari bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan hati dan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah SWT.
Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabah. Muraqabah adalah menerapkan kesadaran bahwa Allah selalu melihat dan  mengawasi  kita dalam segala keadaan. Bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita rasakan, ucapkan dan kita perbuat . Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah SWT. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah SAW. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.
Jadi, bila masih ada dari kita atau adik dan atau anak kita, yang dalam berpakain mengikuti trend busana yang lagi banyak digandrungi para remaja dengan pakaian minim, ketat, maka sebaiknya kita menegurnya dan mengarahkannya pada cara berpakian yang benar menurut ajaran agama Islam. Tentunya kita tidak ingin, anak, adik, saudara kita atau orang yang kita sayangi menjadi ahli neraka dan orang yang dilaknat, yang disebutkan dalam hadits di atas. Apalagi Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya di surah An Nuur ayat 31 (lihat diatas). klik untuk lebih lanjud dan Dawnlod
READ MORE - MENJAGA LISAN
Rabu, 09 Maret 2011
PENDIDIKAN DAN KOMPOTENSI


A. Pengantar
           Sejak ilmu pengetahuan dan tekhnologi berkembang, perjalanan sejarah ummat manusia mengalami perubahan dan perkembangan pesat. Demikian juga kemajuan peradaban nampak dalam pola hidup dan intraksi antar manusia, di mana hubungan pergaulan antara sesama manusia semangkin baik, halus, akrab, bersahabat, dan sebagainya.
           Semangkin tingginya tingkat Iptek dan semangkin majunya peradaban, maka tuntutan dunia kerja juga semangkin tinggi dan kompotitif.
            Pada saat ini, apapun pekerjaanya menuntut kemampuan profesionalitas yang semangkin baik. kemampuan profesional tersebut mencakup kemampuan teknis atas pekerjaan dan juga kematanggan pribadi yang memadai. Jadi profesionalisme yang dimaksud tidak terbatas pada ahli dibidangnya, tapi terkait juga dengan aspek kepribadian seseorang secara lebih luas.
            Terkait dengan  tuntutan profesionalitas, maka ada beberapa fakta yang perlu dicermati terutama oleh ummat Islam dan mahasiswa pada umumnya.
1. Fakta yang terjadi saat ini adalah bahwa harapan atau keinginan masyarakat terhadap sesuatu produk dan jasa perubahan dan berkembang terus menerus.
2. Konfigurasi dunia kerja,
3. Terobosan didunia teknologi,
4. Globalisasi ekonomi.


PERINTAH UNTUK MENGGUASAI IPTEK
           Negara Indonesia,pada saat ini lebih menjadi target pasar bagi industri lain.





READ MORE -

KERANGKA DASAR ISLAM ( AQIDAH, SYARIAH, AKHLAK)

Selasa, 08 Maret 2011
 KERANGKA DASAR ISLAM ( AQIDAH, SYARIAH, AKHLAK)

      Islam pada hakekatnya adalah aturan atau undang-undang Allah SWT yang terdapat dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulnya yang meliputi perintah-perintah dan larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan ummat manusia guna kebahagiaanya di dunia dan akhirat. Adapun secara garis besar ruang lingkup ajaran Islam meliputi tiga hal pokok,yaitu:

1. A K I D A H

          Sistem kepaercayaan Islam atau akidah dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun Iman meliputi keimanan kepada Allah,malaikat, kitab-kitab, rasul, haru akhir dan qodha dan qadar. sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 136.
 " Wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kapada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa inkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya".                                                                                   Berdasarkan fondasi yang enam tersebut, maka keterikatan setiap muslim kepada Islam yang semestinya ada pada jiwa muslim adalah:                                                                                                                        

a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan syariat-syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.Sebagaimana Allah berfirman:
   "Tidaklah Muhammad seorang bapak (bagi) salah seorang laki-laki di antara kamu, melainkan dia  
     itu utusan Allah dan penutup para nabi"                                                                                               b. Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah karena Islam adalah agama yang     dianut oleh para Nabi sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SWT. Islam datang dengan membawa kebenaran yang bersifat absolut guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selarasnya dengan fitrahnya. Allah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 19: 
    "Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam"                                                                              c. Meyakini Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua manusia, serta mampu menjawab segala persoalan yang muncul dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengan tuntutan budaya manusia sepanjang zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surah As-Saba,ayat28:
   "Dan tiadalah kami utus kamu (Muhammad) melainkan untuk semua manusia sebagai berita gembira dan peringatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."                                          
2. S Y A R I A H                          

      Komponen Islam yang kedua adalah Syariah yang berisi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan manusia.
      Syariat adalah sistem nilai Islam ditetapkan oleh Allah sendiri dalam kaitan ini Allah disebut sebagai Syaari' atau pencipta hukum.
      Sistem nilai Islam secara umum meliputi dua bidang :
a.    Syariat yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah, seperti sholat, puasa, dan haji, serta yang juga berdimensi hubungan dengan manusia, seperti zakat . Hubungan manusia dalam bentuk peribadatan biasa dengan Allah disebut ibadah mahdhah atau ibadah khusus, karena sifatnya yang khas dan tata caranya sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Rasulullah.
b.    Syariat yang mengatur hubungan manusia secara horizontal, dengan sesama manusia dan makhluk lainnya disebut muamalah. Muamalah meliputi ketentuan atau peraturan segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya.

3. A K H L A K    

        Akhlak merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau moral. Dalam kamus Bahasa Indonesia,kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk artinya dayan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan demikian, akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diseseorang yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
        Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.Inilah misi diutusnya Nabi Muhammad SAW.
        Menurut obyek atau sasaranya pembahasan tentang akhlak biasanya dikategorikan  menjadi 3:
a.   Akhlak kepada Allah, meliputi beribadah kepada Allah, berzikir kepada Allah, berdoa kepada Allah,dan tawakkal kepada Allah.

b.   Akhlak kepada manusia, meliput : pertama sabar,yaitu prilaku sesorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yangmenimpanya. Kedua Syukur yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat. Ketiga Tawadhu' yaitu rendah hati,selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,kaya,miskin,tua dan muda.

c.    Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepadanya dengan ucapan dan perbuatan.
d.    Akhlak kepada keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi melalui kata-kata maupun prilaku.
e.    Akhlak kepada lingkungan hidup.
       Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat, kebaikan dan kedamaian bukan hanya  kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah: 
" Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam" (Al-Anbiya.ayat 107)
        Memakmurkan alam adalah mengelola sumberdaya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri.Allah menyediakan alam yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengelola memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi. Sebagaiman firman Allah dalam surah Hud ayat 61:
" Dia menciptakan kalian dari bumi dan menyediakan kalian sebagai pemakmurnya".
READ MORE - KERANGKA DASAR ISLAM ( AQIDAH, SYARIAH, AKHLAK)

ISLAM DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

Senin, 07 Maret 2011
ISLAM DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

A. Arti Islam


        Islam adalah agama yang berdasarkan pada ketundukan terhadap aturan Allah. Islam adalah agama penghambaan kepada Allah, yang mencipta, mengatur, memelihara alam semesta.Bila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan dari kata assalmu,assalamu,assalamatu yang artinya tunduk dan patuh,bersih dan selamat dari catatan lahir batin. Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna.Kata Islam juga dapat diambil dari kata assilmu yang berarti juga perdamaian dan keamanan. Dari asal kata ini Islam mengandung makna perdamaian dan keselamatan, karena itu kata asslamu'alaikum merupakan tanda kecintaan seseorang muslim kepada orang lain, yang selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada sesama.
        Pengertian Islam secara terminologis sebagaimana diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoosi bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diturunkan ke permukaan bumi ini.
         Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, yang berisi hukum-hukum yang mengatur hubunggan manusia dengan Allah, manusia dengan  manusia, dan manusia dengan alam semesta. 
          Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah agama Islam yang terakhir yang diturunkan Allah kepada manusia.

B.ISLAM DALAM PERUBAHAN MASYARAKAT
           
           Islam dalam arti agama yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw,lahir bersama dengan turunnya Al-Quran empat belas abad lebih yang lalu. Masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang pertama kali bersentuhan dengannya, serta masyarakat pertama pula yang berobah pola pikir, sikap, dan tingkah lakunya, sebagaimana dikehendaki Islam.
            Masyarakat jahiliyah memiliki pola pikir,sikap, dan tingkah laku yang terpuji dan yang tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang terpuji, namun menolak dan meluruskan yang tercela. Hasan Ibrahim Hasan menyebutkan beberapa adat kebiasaan mereka yang tercela antara lain:
1. Musyrik (menyekutu Allah) dan penyembahan berhala,
2. Pendukunan dan Khurafat,
3. Mabuk-mabukan dan masih banyak lagi.
           Sedangkan sifat positifnya dicatat oleh Ahmad Amin,seperti:semangat dan keberanian, kedermawanan,dan kebaktian kepada suku.

SYARAT UTAMA PERUBAHAN

            Perubahan dapat terlaksana melalui pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al-Quran, serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah.
             Al-Quran adalah kitab pertama yang terkenal ummat manusia yang berbicara tentang hukum-hukum sejarah dalam masyarakat dan bahwa hukum-hukum tersebut, sebagaimana hukum alam, tidak mungkin mengalami perubahan.
             Uraian Al-Quran tentang hukum-hukum tersebut adalah wajar, karena sejak semula Al-Quran memperkenalkan dirinya sebagai kitab suci yang berfungsi melakukan perubahan-perubahan positif atau menurut bahasa Al-Quran, Al-Quran dalam hal ini tidak menjadikan dirinya sebagai alternatif pengganti usaha manusiawi, tetapi sebagai pendorong dan pemandu, demi berperannya manusia secara positif dalam bidang-bidang kehidupan.
             Dari ayat-ayat Al-Quran dapat dipahami bahwa perubahan baru dapat terlaksana bila dipenuhi dua syarat pokok: (a) adanya nilai; dan (b) adanya pelaku-pelaku yang menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut.
             Manusia adalah para pelaku yang menciptakan sejarah. Yang ditekankan Al-Quran tentang diri manusia bukanlah bentuk lahiriyahnya, tetapi kepribadiannya atau manusia dalam totalitasnya. Menurut Al-Quran nilai-nilai luhur  sekalipun, jika tidak terhayati dalam kepribadian seseorang, tidak akan menghasilkan perubahan apa-apa kecuali selogan-selogan kosong.
             Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus diwujudkan dalam dasar yang kokoh, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya menciptakan arus gelombang yang menyentuh kesadaran orang lain.
             Perjuangan Nabi Muhammad saw disaat mengajarkan Islam adalah dengan meningkatkan kesadaran moral ummat. Beliau mencoba menggubah tatanan sosial melalui keteladanan moral yang baik.











 
READ MORE - ISLAM DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM AWAL DI INDONESIA

LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM AWAL DI INDONESIA
OLEH
NURSALIMAH


A.    Pendahuluan


Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masalah Islam baik dalam negara mayoritas maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam,pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, ummat Islam selalu mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentinggan masa depan umat Islam.
            Sejak awal perkembangan Islam di Indonesia, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat umat muslim Indonesia.Di samping karena besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi muslim Indonesia mendorong umat Islam mendorong umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqoh yang dilakukan di tempat-tempat ibadah seperti mesjid, musollah, bahkan juga dirumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong umat Islam di Indonesia mengadopsi dan mentranfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam pendidikan Islam di Indonesia. Di jawa misalnya, umat Islam mentranfer lembaga keagamaan Hindu Budha menjadi pesantren; umat Islam di Minangkabau mengambil surau sebagai peninggalan adat masyarakat setempat menjadi lembaga pendidikan Islam; dan demikian pula masyarakat Aceh dengan mentranfer lembaga masyarakat meunasah, dayah, rangkang sebagai lembaga pendidikan Islam.
            Dalam makalah yang sederhana ini, penulis mencoba memaparkan lembaga-lembaga pendidikan Islam awal di Indonesia seperti yang disebutkan di atas, sebagai gerak langkah awal untuk membangun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang lebih relevan perkembangan berikutnya.
           

Pada awal perkembangan agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara Informal. Islam datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim, sambil berdagang mereka menyiarkan agama Islam. Setiap ada kesempatan mereka memberikan pendididkan dan ajaran agama islam. Dididkan dan ajaran islam mereka berikan dengan contoh suri teladan. Mereka berlaku sopan, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah, dan kepercayaan, pengasih, pemurah, jujur, dan adil, menepati janji, serta menghormati adat-istiadat yang ada yang menyebabkan masyarakat Nusantara tertarik untuk memeluk agama islam.
Sementara itu, hampir setiap desa yang ditempati kaum muslimin, mereka mendirikan mesjid untuk tempat mengerjakan shalat jum’at dan juga pada tiap-tiap kampung mereka dirikan langgar untuk mengaji al-qur’an dan tempat untuk mengerjakan shalat lima waktu.
Adapun fungsi utama mesjid adalah untuk tempat shalat lima waktu ditambah dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’a dan dua kali setahun dilaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan langgar bentuknya lebih kecil dari mesjid dan dipergunakan hanya untuk tempat shalat lima waktu dan bukan untuk tempat shalat jum’at. Selain dari fungsi utama mesjid dan langgar difungsikan juga untuk tempat pendidikan. Di tempat ini dilakukan pendidikan untuk orang dewasa maupun anak-anak. Pengajian yang dilakukan untuk orang dewasa adalah penyampaian-penyampaian ajaran islam oleh mubaligh (al-ustad, guru, kyai) kepada para jama’ah dalam bidang yang berkenaan dengan akidah, ibadah, dan akhlak.
Al-Abdi dalam bukunya Almadlehal menyatakan bahwa mesjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam mesjid, akan terlihat hidupnya sunah-sunah islam, menghilangkan bid’ah-bid’ah mengembangkan hukum-hukum Tuhan, serta menhilangkan stratifikasi rasa serta status ekonomi dalam pendididkan.
Oleh sebab itu, implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan islam adalah :
  1. Mendidik anak-anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT
  2. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial, dan warganegara
  3. Memberi rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan, kesabaran,keberanian, kesadaran, perenungan, optimisme, dan pengadaan penelitian.

Pada tahap-tahap awal ini, sebenarnya penyelenggaraan pendidikan antara mesjid dibedakan dengan langgar dimana pendidikan langgar adalah tingkat dasar yang biasa disebut pengajian al-qur’an. Kemudian pendidikan ditingkat lanjutan disebut pengajian kitab dan diselenggarakan di mesjid. Dengan demikian, langgar dan mesjid pada masa lalu (sebelum) timbul dan berkembangnya madrasah, telah diselenggarakan dua macamstrata pendidikan, yaitu pendidikan dasar, yang disebut pengajian al-qur’an. Dan yang kedua adalah pendidikan al-Qur’an yang disebut guru kitab.
Adapun cara yang dipergunakan dalam belajar dan mengajar di langgar dan mesjid dapat ditentukan sebagai berikut : anak-anak belajar secara duduk dalam keadaan besila tanpa mempergunakan bangku dan meja. Demikian pula halnya dengan guru. Mereka belajar derngan guru seorang demi seorang (sorongan) dan belum berkelas-kelas seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang. Materi pelajarannya sangat berpariasi, tergantung kepada kemampuan anak-anak.Namun, pada dasarnya setiap anak memulai pelajarannya dengan huruf hijaiyah, mereka mepelajari huruf hijaiyah dengan membaca (menghapal dan mengenal hurufnya) satu persatu, baru kemudian dirangkaikan. Selain belajar al-Qur’an materi lain yang diajarkan adalah ibadah yang dimulai dengan burwudhu dan shalat. Pelajar ini diberikan secara langsung melalui contoh, teladan, dan praktek. Adapun lama belajar al-Qur’an di langgar dan mesjid ditentukan berdasarkan kemampuan, kerajinan, bahkan situasi dan kondisi setempat. Anak yang bekemampuan dan rajin bisa menamatkan Al-Qur’an dengan baik dalam jangka dua atau tiga tahun.
Mengenai metode penyampaian materi, pada pendidikan langgar dan mesjid memakai dua metode, yaitu metode sorongan dimana dengan metode ini  anak secara perorangan belajar dengan guru/kyai dan metode halaqoh, yakni seorang guru/kyai dalam meberikan pengajarannya duduk dengan dikelilingi murud-muridnya. Demikianlah, bagaimana kedudukan langgar dan mesjid sebagai lembaga pendidikan islam. Untuk kondisi sekarang memang keberadaannya sangat urgen. Sebagai contoh kalau dahulu saat Ramadhan tiba, biasanya diisi dengan tadarusan al-Qur’an, sekarang tampaknya lebih berkembang lagi, biasanya kalau tiba Ramadhan langgar dan mesjid ramai-ramai mengadakan kegiatan seperti pesantren kilat, ceramah-ceramah keagamaan dan sebagainya, terlebih didukung oleh pemuda mesjidnya yang penuh kreativitas sehingga lebih semarak.
            Kata pesantren itu sendiri menurut beberapa ahli ada yang menganggap berasal dari bahasa tamil yang berarti ”guru mengaji”. Sumber lain menyebutkan bahwa kata itu berasal dari bahasa india “shasti” dari kata “sastra” yang berarti buku-buku suci, buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Sementara menurut versi lain, kata pesantren berasal dari akar kata “cantrik” artinya orang yang tinggal di suatu tempat bersama guru untuk mencari ilmu. Karena pergeseran, pengecapan kata cantrik berubah menjadi santri yang kemudian mendapat akhiran-ian menjadi santrian, fonem-ian berubah menjadi –en ditambah awalan pe- menjadi kata jadian pesantren. Analisa terhadap kata asli yang menjadi rujukan kata pesantren menunjukan bahwa akumulasi makna mengiringi kearah suatu lembaga ilmu pendidikan, mengingat adanya guru, buku atau kitab, tempat tinggal, serta anak yang menuntut ilmu serta bekerja.
            Pada awal pertumbuhannya sampai pada masa pembaharuan yaitu pada abad ke-20, pesantren belum mengajarkan ilmu ilmu umum, bahan ajaran yang diberikan murni pendidikan agama, administrasi pendidikan juga belum  diterapkan dalam lembaga pesantren, sistim belajarnya non-klasikal dengan menerapkan metode wetonan, serogan, halaqoh, santri yang hendak belajar tidak dibatasi oleh umur, santri diperbolehkan belajar kapan saja serta jenjang waktu belajar tidak diukur. Santri juga diperbolehkan untuk pindah pesantren sewaktu waktu guna menuntut ilmu dengan guru lain, bahkan pulang ketempat asalnya apabila menurut ukuran pribadinya telah mampu untuk mengembangkan diri.
            Corak pengajaran pada fase ini masih berorientasi pada materi (subject centered teaching) dan juga pada santri (child centered teaching). Dimensi waktu yang bercorak sendiri dipesantren terlihat pada masa lamanya belajar; selama seorang santri memerlukan bimbingan pengajian dari kyainya  selama itu pula ia tidak merasakan adanya keharusan menyelesaikan masa belajarnya dipesantren. Corak pengajian yang tersendiri dari kehidupan pesantren dapat dilihat dari struktur pengajaran yang diberikan. Dari sistematika pengajaran dijumpai jenjang pengajaran yang berulang ulang dari tingkat ketingkat tanpa melihat kesudahannya. Keberhasilan kyai tidak diukur oleh standar nilai evaluasi belajar santri tetapi jumlah mantan santri yang berperan menjadi kyai dan orang-orang yang berpengaruh dimasyarakat.
            Pesantren dengan cara hidupnya yang bersifat kolektif, merupakan salah satu perwujudan atau wajah dari semangat dan tradisi lembaga gotong-royong yang umum terdapat pada masyarakat pedesaan. Nilai-nilai keagamaan seperti persaudaraan, menuntut ilmu, tolong menolong, persatuan, ikhlas, berjuang, patuh kepada Allah dan Rasul, ulama atau kyai sebagai pewaris nabi dan kepada mereka yang diakui sebagai pemimpin,dan berbagai nilai yang secara ekplisit tertulis sebagai ajaran islam, ikut mendukung eksistensi pesantren.
            Dari paparan diatas dapat dicernai bahwa pesantren sejak awal selalu terlibat dalam proses penciptaan tata nilai yang memiliki dua unsur, yaitu pniruan dan pengekalan. Unsur pertama, yaitu peniruan adalah usaha yang dilakukan terus menerus secara sadar untuk memindahkan pola kehidupan Nabi, para sahabat dan ulama kedalam praktek kehidupan dipesantren. Unsur kedua, yaitu pengekangan, memiliki perwujudan utama dalam disiplin sosial yang ketat dipesantren. Kesetiaan tunggal pada pesantren adalah dasar poko disiplin ini.
            Setelah datangnya kaum penjajah barat (Belanda), peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam semakin kokoh. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang reaksional terhadap penjajah. Karena itu dizaman lembaga pendidikan islam yang reaksional terhadap penjajah. Karena itu dizaman Belanda sangat kontras sekali pendidikan dipesantren dengan pendidikan disekolah-sekolah umum. Pesantren semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama lewat kitab-kitab klasik, sedangkan sekolah umum belanda sama sekali tidak mengajarkan pendidikan agama. Dalam perkembangan selanjutnya, pesantren mengalami dinamika, kemampuan dan kesediaan pesantren untuk mengadopsi nila-nilai baru akibat moderenisasi, menjadikan pesantren berkembang dari yang tradisional ke modern. Uraian yang lebih mendalam dan meluas tentang pesantren akan dikemukaan pada makalah berikutnya pada judul “Pesantren : Tinjauan Historis dan dinamikanya”.

Sejak masuknya islam ketanah Aceh, maka pendidikan dan pengajaran islam mulai lahir dan tumbyh dengan amat suburnya, seperti dengan berdirinya kerajaan islam diPasai. Waktu itu, banyak ulama dipasai membangun pesantren, seperti Teungku di Geuredong, Teungku Cot Mamplan, maka banyaklah pelajar yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu.
Walaupun demikian halnya, keterlibatan pemerintah secara jelas terhadap lembaga tersebut, yakni ketika kerajaan Aceh Darussalam memproklamirkan diri pada tanggal 12 Zulkaedah 1511 sebagai penguasa Aceh yang menyatakan perang terhadap buta huruf yang merupakaan dambaan sejak beabad-abad lamanya.
Proklamasi Kerajaan Islam Pasai belahan Timur. Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan,bahkan ibu kota Aceh Darussalam terus berkembang mensejajari kota-kota pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Hal ini terbukti dengan bidang pendidikan yang mendapat perhatian penuh dari kerajaan Aceh Darussalam yang pada waktu itu terdapat lembaga negara yang bertugas dalam bidang ilmu pengetaahuan, antara lain :
  1. Bala Seuti Hukama (Lembaga Ilmu Pengetahuan)
  2. Bala Seuti Ulama (Lembaga Pengurus Pendidikan)
  3. Balai Jama’ah Himpunan Ulama (Perkumpulan Intelektual  membahas masalah ilmu pengetahuan)
Adapun jenjang pendidikan yang ada pada saat itu adalah sebagai berikut.  Klik lebih Lanjut dan Dawnload
READ MORE - LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM AWAL DI INDONESIA

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA TURKI USMANI MODERN (MUSTAFA KEMAL ATTATURK)

Rabu, 23 Februari 2011

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA TURKI USMANI MODERN
(MUSTAFA KEMAL ATTATURK)
OLEH :
 NURSALIMAH
Pendahuluan
Masyarakat turki yang sejak lama diselimuti kabut pemerintah monarki absolute sepertiny menghendaki kebebasan bagi rakyat yang mendambakan hilangnya kekuasaaan sewenang-wenang yang seolah-olah milik sultan. Demikian pula alam demokrasi yang dididamkan belum menunjukkan sinar yang cemerlang kecuali akhir abad ke-19 yang tetunya berkat perjuangan para perintis pembaharuan di turki sendiri, baik rintisan ini dilakukan oleh para sultan, para cendikiawan maupun para aktifis gerakan oposisi. 1
Perjuangan dalam memperoleh kebebasan hak-hak warga Negara Turki dalam bentuk demokrasi yang diidamkan tersebut terdapat banyak tantangan yang dihadapi, bik dalam negri terutama sultan yang enggan melengserkan jabatannya, juga terdapat tantangan yang cukup berat di kalangan ekstrn yaitu intervensi bangsa colonial terhadap urusan-urusan dalam negri Turki. Kondisi seperti ini menjadi setting sosio-politik dan historic yang dengan ini pulalah mendorong Mustafa Kemal beserta kawan-kawan seperjuangannya untuk menyelamatkan masa depan Turki dari cengkraman kekuasaan absolute para sultan dan ancaman Negara menggebu 

 Dan nyatanya keberhasilan ini menhantarkan Mustafa Kemal mendapat julukan Bapak Turki (Attaturk) dan menjadi presiden pertama. Makalah ini ingin mengungkapkan peran Mustafa Kemal dalam menghadapi sekutu dan factor-faktor yang menjadi pendorong keberhasilannya serta berbagai ide pembaharuannya.

            Mustafa Kemal dilahirkan di slonika, kota kecil kawasan Yunani tahun 1881. orangtuanya Ali Riza bekerja sehingga pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah dimkota tersebut. 2 Ibunya bernama Zulaide Henim seorang sosok ibu yang sangat halus dan dalam perasaan keagamaannya sangat cendrung manginginkan anaknya kelak menjadi sarjana yang taat. 3
            Mustafa Kemal mengecap pendidikan dasarnya pada madrasah, namun tidak bertahan lama karena harus dikeluarkan gurunya sebab dia menentang. 4 Kemudian ia belajar di sekolah dasar modern di slonika dan tamat di tahun 1893. kemudian ia melanjutkan ke sekolah Menengah Militer di kota yang sama. Karena kecemerlangannya dan pintarnya disekolah ini, terutama dibidang matematika dan kemiliteran, akhirnya ia menamatkan sekolahnya di tahun 1895. lantas mendorongnya cepat masuk ke Sekolah Tinggi Militer di istambul tamat tahun 1899, hingga mendapat pangkat kepten. 

Dalam karir politiknya, ia bersama Ali Fethi dan ia menjadi kelompok kader yang menerbitkan surat kabar yang ditulis dengan tangan, hingga ia harus meringkuk di tahanan untuk beberapa waktu. Selanjutnya ia ditugaskan di syiria selama empat bulan dan selama itu pula ia mendirikan organisasi politik rahasia yang bernama hurrivet geniveeti hingga berhasil mendirikan cabang-cabang di Jaffa, Beirut, dan Jerussalem. Di slonika sendiri, dia aktif pada organisasi hoden and progress (persatuan dan kemajuan), ketika revolusi turki Muda meletus tahun 1908. 6
            Sedangkan di Benghazi, ketika perang italic di Tripoli (1811-1812), dia menjadi komandan kesatuan banghazi dan dinaikkan menjadi mayor. Selama perang Balkan 11 (1912-1913) dan kembali ke istambul dan diangkat menjadi kepala staff militer di Gellifort dan setelah berakhir dia diangkat menjadi atase Militer di sofia dengan pangkat kolenel . 7 Saat meletus perang dunia 1, Turki merupakan sekutu dari jerman, Mustafa Kemal ditugaskan di tokisdus sebagai Komandan divisi XIX guna mempertahankan selat Dardareja sehingga mampu menyelamatkan ibu kota Usmania dan mengubah jalannya perang dunia. Ketika dikirim ke Edirus, ia diangkat menjadi panglima Angkatan Bersenjata di Byarbakir dan berpangkat jendral, setelah berhasil merebut kembali Mush dan Bitti dari Rusia. Demikian pula ia diangkat menjadi panglima angkatan darat VII di Syiria di bawah falkeuhayn. Namun bukan senang dengan pangkat tersebut, akhirnya Mustafa kemal meletakkan jabatannya dan kembali ke Istambul. 
Di bulan agustus 1918 dia diangkat menjadi Komandan Angkatan Darat ke-7 dan tanggal 30 Oktober 1918 menggantika Jendral Liman Yen Sandera sebagai Panglima Kesatuan Angkatan Darat Yildirim. Dua minggu berselang, kesatuannya dibubarkan dan dia dipanggil ke Istambul pada tanggal 13 November 1918 dimana saat itu kapal-kapal sekitu tiba di Turki. klick untuk lebih lanjut dan Download

READ MORE - PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA TURKI USMANI MODERN (MUSTAFA KEMAL ATTATURK)