PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MODERN (TINJAUAN FILOSOFIS FAZLUR RAHMAN)

Jumat, 18 Februari 2011
OLEH :
 NURSALIMAH

Pendahuluan
Fazlur Rahman, sebagai sosok pemikiran islam Pakistan bukan lah seseorang sarjana pendidikan. 1 Walaupun ia seorang praktisi pendidikan sehingga secara objektif agak sulit merekonstruksi pemikiran pendidikan islam Fazlur Rahman.
            Berangkat dari pengalaman keagamaan yang diprolehnya dari barat. Sebagai seorang ilmuwan, ia merasa terpanggil untuk menyelesaikan problema pendidikan yang dialami oleh Negara-negara islam. khususnya Pakistan.
Ia melihat bahwa, pendidikan dinegara islam ibarat yang kehilangan induk-induk lagi benar-benar mencerminkan al-Qur’an sebagai landasan dasar pendidikan islam. pendidikan di Negara-negara islam lebih banyak bersifat defensive, tanpa adanya akomodatif dan selektif, sehingga berdampak kepada munculnya kejumudan di dunia islam.
            Realita pendidikan islam yang kondusif ini, mendorong fazlur Rahman menggulirkan ide dan tawaran kebijakan demi perbaikan pendidikan di Negara-negara islam yang setidaknya akan terangkum dalam pembahasan.

Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir liberal yang lahir pada tanggal 21 september 1919 di daerah barat laut Pakistan. 2 Ia dibesarkan dalam keluarga yang bertradisi mazhab Hanafi, sebuah mazhab yang lebih bercorak rasionalistik. Namun ia berusaha melepaskan diri dari belenggu mazhab-isme yang eksklusif tersebut. 3
Disamping bersekolah di madrasah secara formal, ia juga belajar agama dari ayahnya, seorang kyai alumni deoband. Namun, ajaran ayahnya yang berakar tradisional tidak banyak mempengaruhinya.
Fazlur Rahman menyelesaikan MA-nya di Universitas Punjab pada tahun 1942 dan menyelesaikan doctor filsaftnya di Universitas Oxford pada tahun 1949. di Universitas ini, ia giat mempelajari bahasa-bahasa barat, 4 sehingga sangat membantu dalam memperluas wilayah pengetahuan keislamannya.
Setelah menyelesaikan doktornya, Ia tidak pulang ke Pakistan. Namun, ia mengajar beberapa tahun di Durham University, Inggris. Di sini, ia berhadapan dengan konflik pribadi secara intens antara pendidikan modern dan tradisional, serta melahirkan karya orisinilnya Prophecy in Islam : Philosophy and Orthodoxy.
Fazlur Rahman kembali ke Pakistan, di awal tahun 60-an. Ketika itu di Pakistan seeding terjadi perdebatan antara berbagai kelompok islam dalam menentukan struktur islam yang relevan untuk Pakistan. 6
Pada bulan Agustus 1962, Fazlur Rahman menjadi direktur istitut pusat penelitian Pakistan. Posisi ini memungkinkannya untuk mengaktualisasikan penemuan al-Qur-an yang pakistansi yang rekonstruksinya dalam menatap tantangan modernitas. Ia merasa bertanggungjawab menginterprestasikan islam dalam terminology rasional dan saintifik untuk menjawab tuntutan-tuntutan suatu masyarakat modern yang progresif. 7
Segala pemilihan umum 1964, Presiden Muh Ayub Khan menunjuknya sebgai anggota Dewan Penasehat ideology islam, yang bertugas membuat rekomendasi spesifik dalam bidang kebijakan dan hokum islam. Sehingga, Ia pun terlibat instens dalam upaya menafsirkan kembali islam dalam istilah-istilah yang rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 8
Pada tanggal 5 september 1968, Fazlur Rahman mengundurkan diri selaku Direktur Institut  Pusat Penelitian Pakistan, dan masih menempati posisi sebagai anggota dewan penasehat ideology islam Pakistan.

Namun, jaban ini juga dilepaskannya pada tahun 1969. Suasana yang konservatif dan selalu bersitegang, membuatnya tidak tenang.
Akhirnya, ia Hijrah ke Amerika mengembangkan pemikirannya di Universitas Chicago dan menjadi seorang guru besar yang dihormati. 9 Ia menyadari bahwa Negara Pakistan “belum dewasa” secara intelektual.
            Secara akademis, Fazlur Rahman bukanlah Seorang sarjana educational concentration. Namun, keprihatian terhadap situasi umat islam secara global, khususnya dalam bidang pendidikan, telah memotivasinya untuk berbicara tantang pendidikan. Ia melihat bahwa pada abad-abad pertengahan, sebelum datangnya dampak Barat. Telah terjadi kemerosotan bahkan kemacetan kehidupan intelektual islam. 10
            Di berbagai lembaga pendidikan islam, terdapat perbedaan penting antara sains-sains agama dan sains-sains rasional (al-‘ulum al-naqliyah wa al-‘lum al aqliyah) yang semakin kaku dan mencekik. Sesudah abad ke-12 dan 13, tradisi filsafat yang bertingkat tinggi hanya hidup di Iran. Di Arab, filsafat ditendang dari kurikulum dan di cap sebagai non-religius. Sementara itu di retorika, kefasihan berbahasa dan teologi menududki posisi yang semakin mapan pada abad ke-14. Di Al-azhar, retorika, teologi dan hukum mengambil alih posisi filsafat dan sains. Di India praktis tidak ada kajian-kajian yang berkembang. 11
Hal ini cukup menggambarkan bahwa. Tidak ada kreatifitas islam abad pertengahan, yang ada hanyalah pengamburan energi intelektual. Kondisi ini kahirnya diperburuk lagi dengan hadirnya barat, sebagai penguasa negri-negri islam. hegomoni barat terhadap negri-negri muslim telah memperlemah umat islam, baik secara politis maupun intelektual, singga praktis umat islam tidak ada menunjukkan indenpendensinya dalam berbagai lapangan kehidupan. Meskipun penguasa barat memperkenalkan system pendidikan baru, namun dalam kenyataannya, system tersebut dirancang untuk memperkuat kekuasaan.
            Persoalan ini bertdampak kepada pemecahan umat islam, sebahagian membela mati-matian gagasan pranata-pranata barat, 12 sementara sebahagian lainnya menolak mentah-mentah apa saja yang datang dari barat. 13 Diskursus yang cukup panjang ini ikut andil menyebabkan kefakuman intelektual muslim.
            Ketika negri-negri muslim memperoleh kemerdekaan dari kolonialisme Barat, maka muncul masalah riil, yaitu : bagaimana merumuskan islam yang positif yang actual bagi masyarakat modern. Dalam aspek pendidikan, Fazlur Rahman melihat bahwa :
  1. Pendidikan di negri-negri muslim pada dasarnya hanya merupakan kelanjutan dari pendidikan colonial.
  2. Pendidikan dilembaga-lembaga keagamaan tradisional, dalam kenyataannya, sedang mengalami kemerosotan yang cepat.
  3. Pendidikan modern term-term professional tekhnologi (insyinyur, dokter) tampaknya telah merampas posisi pretise yang dulu diduduki oleh pendidikan tradisional. 14
Hal ini menyebabkan tidak ada pendidikan yang kreatif, kecuali hanya semacam penerusan yang pasif terhadap system pendidikan zaman penjajahan.
            Walaupun terdapat kesadaran akan  adanya dikotomi system pendidikan, namun semua upaya kea rah integritas tersebut, menurut Fazlur Rahman, pada umumnya tidak membuahkan hasil. Disinilah, Fazlur Rahman mencoba merumuskan suatu tawaran konsep, yaitu : berupaya menciptakan nilai-nilai universal islam dengan pendekatan metafisika  yang berdasarkan al-Qur’an. Menurutnya, sebuah pandangan dunia islam menyeluruh harus terlebih dahulu diupayakan, agar berbagai usaha intelektual menjadi koheren sebagaimana dikehendaki islam, serta adanya usaha menciptakan pemikir yang berkapasitas berfikir konstruktif dan positif. 15  

            Suatu realita pendidikan yang tidak dapat dipungkiri pada abad modern adalah, munculnya berbagai problema dalam dunia pendidikan islam. Melihat hal ini,
Fazlur Rahman, sebagai seorang pemikir islam, mencoba mengarahkan pikiran dan tenaganya untuk mengatasi tersebut. Problema-problema pendidikan tersebut dapat
diklasifikasikan kepada empat bidang yaitu : tujuan pendidikan, dikotomi system pendidikan, anak didik dan peralatan pendidikan.
  1. Tujuan Pendidikan
Menurut Fazlur Rahman, strategi pendidikan islam, yang ada tidak benar-benar di arahkan kepada tujuan yang positif, tetapi lebih cendrung bersifat difensif, yaitu menyelamatkan pikiran kaum muslim dari pencemaranyang ditimbulkan gagasan-gagasan barat berbagai disiplin ilmu. 16
Mengatasi problema tersebut, menutut Fazlur Rahman ada beberapa hal yang harus dilaksanakan :
            Pertama, tujuan pendidikan islam yang bersifat defensive dan cendrung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat, harus segera diperbaharui. Tujuan pendidikan islam harus dioreantasikan kepada kehidupan dunia dan akhirat serta bersumber kapad al-Qur’an. 17
            Kedua, bebas psikologis umat bislam terhadap barat harus dihilangkan. Karenanya perlu ada acara islam yang menyeluruh secara histories dan sistematik tentang disiplin perkembangan ilmu islam dengan berpegang kepada al-Qur’an.
            Ketiga, sikap negative umat islam terhadapa ilmu pengetahuan harus dirubah. Karena menurutnya ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunaannya. Klick Lebih Lengkap dan Download

0 komentar:

Posting Komentar